Seperti ziarah sebelumnya,selesai berdo’a aku duduk di sebelah
pemakaman Kakek.Ada yang aneh sore itu,kurasakan seperti ada seseorang yang
menuipkan nafasnya ke telingaku,tangan kananku juga terasa dingin,seperti ada
yang menyentuhnya.kupejamkan mataku agar aku bisa tak melihat sesuatu yang
terjadi di sekitarku dan aku meneruskan do’a ku.
“Kakek?kenapa
kakek bisa disini?kita dimana?”tanyaku kaget setelah membuka mata dan berada di
tempat yang berbeda.
“Kau pecaya
siksa neraka?”
“Iya Kek,kenapa?”
“Apa kau
mau melihatnya?”
Bulu
kudukku merinding mendengar pertanyaan itu.
“Kalau kamu
mau,sekarang pejamkan mata kamu dan pegang tangan Kakek.”
Hampir dua menit aku terpejam,aku semakin takut dengan
keadaan.”Inikah ajalku?”pertanyaan menakutkan itu selalu keluar dari benakku.
“Sekarang
buka matamu.”
“Astaghfirullohal’adzim.”
Aku sangat terkejut dan juga takut dengan apa yang ku lihat
sekarang.perempuan yang digantung dengan rambutnya.lidahnya memanjang
melingkari menutupi lehernya.
“Dosa apa
yang telah ia lakukan kek?”Tanya ku dengan suara terbata-bata karena takut
melihat kejadian itu
“Ketika
hidup di dunia,ia selalu memamerkan keindahan rambutnya kepada semua laki-laki
yang dilihatnya, sering menyakiti suaminya dengan ucapanya,ia juga tidak pernah bersuci,sholat,bahkan tak pernah
berpuasa.”
Aku takut,dan sangat takut ketika kawanan kalajengking dan ular
menyerangnya,akupun berusaha menjauh.Aku terkejut lagi setelah ku membalikkan badan ketika hendak
menjauh,seorang perempuan yang digantung dengan kedua buah dadanya, api yang
ada dibawahnya mulai mengangah,ia menjerit dan meminta tolong,saat mulutnya
terbuka,diguyurkan kedalamnya timah panas yang mendidih.
“Nak,inilah
siksaan seorang istri yang selalu berbohong dan suka mengadu domba,sering
menginjak tempat tidur suaminya.”
“Hanya
meninjak tempat tidur suaminya ia di gantung dengan kedua buah dadanya kek?”
“Perlu kamu
tahu nak,perempuan lah yang menjadi penghuni terbanyak di neraka.Kelak ketika
sudah menikah,didiklah istrimu agar menjadi istri yang sholehah.”
“Ia
kek.”sahutku
Kobaran api itu semakin membesar menghampiri ku,dan sepertinya
mengejarku,ku putuskan untuk berlari menjauh,rasa takutku semakin memuncak,ada
sesuatu yang membuat kaki ku tersandung,aku terjatuh tepat di atas pemakaman
kakek.