Setiap awal pertemuan selalu ada akhir perpisahan, itulah hiasan kehidupan. Keabadian itu, hanya ada di alam surga kelak. Tak bisa kupungkiri, kematian suatu hari nanti pasti akan datang menghampiri.
Gemuruh suara petir dan kilat bersahutan. Langit menitikan butiran kristalnya, menyapa bumi yang kering kerontang. Seperti itulah kegalauan melanda batinku lantaran rinduku pada pujaan hati.
Entah sampai kapan ku harus bertahan dalam kesendirian, hidup tanpa kau di sisiku. Ku ingin berlari mengejar bayang yang terus berkelebat, semenjak mentari pagi merupa siang lalu berganti senja hingga senja purna disesap malam yang berkawan kerlip bintang dan temaram rembulan.
Namun, siang ataupun malam yang berkesudah, tetap tak kutemukan nyata. Terasa sepi menghimpit kalbu, meski ragaku masih tegak berdiri. Mungkinkah rasa ini sama? Kulantunkan berjuta untaian do’a untukmu yang jauh di seberang maya.
Aku terpesona elok paras, tingkah laku pribadimu mengagumkan. Pun mampu memberikan obat mujarab dalam perih luka yang menyayat hati. Hanya satu kata yang bisa kuselipkan untuk rasa ini, “Galau menyerangku karena aku rindu padamu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar